Sabtu, 07 Juli 2012

Memandang Awan



Hmm kata ini mengandung makna tersendiri bagiku. Aku mulai membayangkan. Warnanya putih di antara langit biru. Bentuknya lucu-lucu, aku merasakan kelembutan jika seandainya aku bisa menyentuhnya, tergambarkan ada sebuah kedamaian, kenyamanan, dan ketenangan di sana. Bisa dirasakan sekali betapa nikmatnya memandang awan, selalu ada rindu untuk memandangnya, lagi, dan lagi, bahkan jika mungkin, aku hendak terbang menuju awan, mengambilnya sebesar pelukanku, dan aku membawanya kemari, di atas rerumputan yang luas dengan hawa yang sejuk, woww...sungguh menyenangkan ! ah, dramatis sekali tampaknya. Tapi ntahlah, seperti yang udah aku bilang sebelumnya. Awan memiliki banyak makna untuk diriku. Dimana, setiap aku memandangnya, pada awanlah aku menyimpan sejuta cerita dengan kenangan yang banyak pula.

Yang paling berkesan di antara memandang awan di waktu yang lainnya, yakni saat aku memandangnya bersamamu, sahabatku. Kita berbaring beralaskan rumput di pekarangan samping rumah. Kita berbaring dengan begitu nyamannya, kita berpegangan tangan erat, setelah itu kita memandang awan dengan begitu leluasa, menceritakan kesan-kesan saat bagaimana kita pertama kenal dan menjadi sahabat seperti saat itu. kini aku hanya bisa mengenangmu, kawan. Karna aku tak tau dimana keberadaanmu sekarang, juga kabarmu disana, apakah baik-baik saja. Begitupun apakah kau masih slalu mengingatku? Sungguh, malam ini, saat dimana aku mengukir tulisan ini. Ini adalah malam puncak dimana perasaanku tak terbendung lagi. Aku.... rasanya tak tahan lagi aku menyembunyikan bahwa aku sangat sangat merindukanmu, kawan....!

Bisa pulakah kamu mrasakan jika aku sedang merindukanmu??? Ntahlah, aku hanya bisa berdoa kepada Tuhan, agar selalu menjaga dan melindungimu dimanapun kamu berada saat ini. Semoga kamu selalu sehat dan bahagia di sana.

Memandang awan bersamamu adalah suatu hal yang bisa ku bilang hal yang indah sekali, aku merasakan kebahagiaan di kala itu. setelah kita menceritakan kesan-kesan saat memandang awan waktu itu, masih dengan berpegang tangan erat pula, perlahan kita memejamkan mata, kita mulai berimajinasi, kita belajar membayangkan dunia masa depan yang penuh keindahan dan kebahagiaan. Terakhir, masing-masing kita mengungkapkan, apa saja yang kita rasakan setelah memandang awan hari itu. mungkin tak bisa aku tuliskan apa saja yang telah aku dan kamu ungkapkan, kejadian itu sudah berlangsung tiga tahun yang lalu, aku tak mengingat bagaimana persisnya, tapi yang jelas apa yang kita ungkapkan itu semuanya melukiskan tentang keindahan, kita saling membuat kata-kata bertemakan rasa syukur pada Tuhan yang telah memberi anugerah untuk kita.
 
Ku bisikkan padamu, kawan. Selalu ada rindu buat kamu. Jika aku boleh meminta, sungguh-sungguh aku berharap malam ini kamu tidur memimpikan aku. Rasanya ntah ini kalimat ke berapa yang aku tuliskan di sini. Aku mengatakan lagi bahwa aku sedang merindukanmu.