Rabu, 30 Oktober 2013

Permata di Pangkuan Ibu Pertiwi



Cinta, seperti yang kita tahu, bahwa cinta adalah sesuatu yang murni, putih, tulus, dan suci yang timbul tanpa adanya paksaan atau adanya hal yang dibuat-buat. Cinta merupakan anugerah rasa dari Tuhan untuk makhluknya (manusia) semata-mata agar manusia semakin bertaqwa kepada-Nya. Cinta ada karena keindahan, keselarasan, keunikan, dan rasa memiliki.
Banyak hal yang dapat menjadi objek cinta dalam kehidupan dunia. Pun banyak cara untuk menunjukkan rasa cinta kepada suatu hal. Termasuk cinta kepada Nusantara, sebuah negeri nan elok dimana saya dilahirkan, tumbuh, hingga berdiri tegak. Saya cinta Indonesia dengan segala kerendahan dan ketulusan hati saya. Dan inilah alasan saya mencintai Indonesia
1. 17 Agustus 1945
Tanggal cantik ini adalah salah satu tanggal bersejarah di Indonesia, saat dimana proklamasi dikumandangkan di seluruh wilayah Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri. Merupakan suatu kebahagiaan bagi Indonesia karena telah merdeka dari penjajahan dan penindasan oleh negara lain. Selain itu, tanggal 17 Agustus ini bertepatan dengan 17 Ramadhan dalam tahun Hijriyah, yakni peringatan Nuzulul Quran bagi umat Islam. Betapa terdapat anugerah Allah dalam peristiwa bersejarah ini.


2. Walisongo
Di Indonesia, terdapat sembilan wali yang sangat berpengaruh pada masa penyebaran Islam, yang kemudian dikenal dengan sebutan Walisongo. Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan terkenal karena jumlah masjidnya yang sangat banyak dan penyumbang jemaah haji terbesar di dunia. Para wali ini selain mengajarkan agama, juga telah meninggalkan jejak-jejak budaya yang masih ada hingga sekarang, contohnya Masjid Demak yang memiliki corak arsitektur yang indah dan unik.

3. Kaya akan seni dan budaya
Indonesia memiliki populasi lebih dari 235 juta jiwa atau terpadat keempat di dunia. Terdiri kurang lebih 350 etnis suku dengan 483 bahasa dan budaya. Negeri ini bercita rasa seni tinggi dengan kekayaan kesenian tradisional. Upacara-upacara keagamaan dan ritual yang ada hampir di seluruh daerah. Inilah yang menjadi daya tarik unik bagi wisatawan. Benda-benda tradisional, kerajinan tangan, musik tradisional, tarian eksotis yang penuh makna dapat kita nikmati keindahannya. Juga terdapat 327 jenis takstil asli Nusantara, seperti batik, songket, bordir, tenun ikat, dan sebagainya, terbuat dari sutera ataupun katun dengan motif khas daerah tradisional dan modern. Bayangkan keragaman dan kekayaan budaya yang ada, tetapi semua rakyat dapat hidup berdampingan secara harmonis, hal ini karena Indonesia memiliki bahasa persatuan yang menjadi kebanggan, yakni bahasa Indonesia. Inilah hebatnya Indonesia.

4.  Sumber Daya Alam yang melimpah
Dengan ribuan pulau yang membentang, Indonesia diberkahi alam yang indah dari sawah yang subur di Jawa, juga terasering indah di Bali dengan budayanya yang eksotik. Terdapat banyak hutan hujan tropis yang mewah di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, atau padang rumput luas di savannah Nusa Tenggara. Pertambangan minyak dan batu bara di Sumatera Selatan, Timah di Belitong, dan masih banyak lagi Sumber Daya Alam yang patut kita syukuri.


5.  Zamrud Khatulistiwa
Betapa gagahnya, Kepulauan Nusantara ini terbentuk dari pegunungan yang membujur dari barat ke timur, dilewati garis khatulistiwa, dan terletak di antara benua Asia dan Australia, serta dikelilingi oleh Samudera Hindia dan Pasifik yang menempatkannya dalam wilayah strategis dunia. Laut Indonesia menyimpan kekayaan luar biasa, seperti ikan,  terumbu karang, Moluska, udang, dan rumput laut. Beraneka jenis flora dan fauna darat hidup di Indonesia mulai dari komodo raksasa di pulau Komodo, Orangutan di Kalimantan, Gajah di Sumatera, sampai Burung Cendrawasih di Papua. Indonesia mengalami dua musim, yakni musim hujan dan musim kemarau, inilah yang menjadikan Indonesia semakin istimewa, hingga mendapat julukan sebagai Zamrud Khatulistiwa.

6. Makanan Khas
Poin terakhir yang menjadi alasan saya cinta Indonesia, yakni makanannya. Makanan Indonesia beraneka ragam sesuai dengan ragamnya kebudayaan yang dimiliki. Tiap daerah memiliki makanan khas, ini karena Indonesia kaya akan rempah-rempah yang tumbuh di tanah Indonesia. Rendang yang terkenal dari Padang, Sate dari Madura, Pempek dari Palembang, dan masih banyak lagi. Satu keunggulan yang dimiliki Indonesia adalah kita bisa mendapatkan makanan yang halal dengan mudah.

Itulah keenam alasan saya mencintai Indonesia. Dimulai dari hari kemerdekaannya, kemudian juga Indonesia memiliki Walisongo, seni dan budaya yang beragam, Sumber Daya Alam yang melimpah, julukannya sebagai Zamrud Khatulistiwa, dan terdapat ribuan makanan khas. Kekayaan ini bagaikan Permata, Permata di pangkuan ibu pertiwi. Semua hal unik di atas dapat dijadikan sebagai media pembelajaran di kalangan pendidikan, juga wisatawan  yang ingin mengenal Indonesia lebih dalam. Aku bangga dilahirkan di Indonesia, aku bangga menjadi warga negara Indonesia, Aku cinta Indonesia.

Sabtu, 19 Oktober 2013

Faith

Di suatu pagi, saya membaca blog seorang teman dalam lingkaran saya yang di-posting-nya di salah satu social media. Beginilah cerita yang saya kutip.
” Lima belas tahun lalu, saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal, dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa. Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya, dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya, tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana. Saya memintanya memperbaiki kembali sampai dia menyerah. Rupanya, karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberinilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri. Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. “Maaf, Bapak dari mana?”. “Dari Indonesia,” jawab saya. Dia pun tersenyum. “Saya mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu. “Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anak-anaknya dididik disini,” lanjutnya. “Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement! ” Dia pun melanjutkan argumentasinya. “Saya sudah dua puluh tahun mengajar. Setiap anak berbeda-beda. Namun, untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat,” ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya. 

Di lain kesempatan, teman kuliah saya mengajar di suatu lembaga privat. Dia ditugaskan mengajar anak kelas 1 SD. Di hari pertama bersilaturrahim dengan orangtua calon anak didiknya, orangtua tersebut berkata pada teman saya tentang harapan-harapan yang ia inginkan pada anaknya setelah mengikuti privat. Ternyata, masalahnya itu pada waktu yang dibutuhkan anak pada saat berhitung, dalam hal ini yakni mata pelajaran Matematika. Sebenarnya, anak berumur tujuh tahun dikatakan sangat hebat jika sudah bisa menghitung dan menulis jawaban dengan benar dan cara yang tepat. Akan tetapi, keinginan orangtua pada anak itu, jika misalkan si anak disuguhkan angka-angka dan diperintahkan untuk mengerjakan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan, harus bisa mengerjakan cepat dan harus bisa menampung dalam ingatan bahwa apa yang disampaikan oleh guru harus langsung menempel di otak. Singkat cerita, teman saya tak lagi mengajar setelah orangtua anak didiknya menyampaikan bahwa tidak terlihat peningkatan kecepatan menghitung yang dimiliki anak tersebut, padahal baru dua kali pertemuan, tepatnya 180 menit belajar.

Panik
Seandainya kejadian itu sedang Anda hadapi, apa yang akan Anda lakukan? Kalau saya? Sudah saya batalkan kontrak belajar dengan anak itu jika menurut orangtuanya tidak sesuai. Saya jelaskan metode pembelajaran terbaik dalam pendidikan yang sebenarnya yang dipakai di sekolah ataupun lembaga privat. Karena dalam membuat keputusan, saya yakin itulah yang terbaik, termasuk memilih lembaga privat mana yang dipilihkan untuk anak, begitu juga sekolah dengan standar apa di Amerika yang dipilihkan untuk anak. Jadi, jika menurut pihaknya tidak sesuai ya silakan cari tempat lain. Apalagi orang macam saya ini semua harus terkontrol, semua harus dalam aturan main yang benar. Semua harus sesuai prosedur, semua harus begini, semua harus begitu. Maka seringkali saya mati mendadak karena saya ini jauh dari fleksibel.

Menggerutu dan mempertanyakan sebuah keadaan adalah ciri khas hidup saya. Mengapa dia kok gitu, mengapa kok harus begini. Mengapa saya yang harus mengalami ini, apalagi kalau peristiwanya datang tapi salah alamat. Seperti beberapa bulan yang lalu, saya pernah di-damprat oleh senior dalam organisasi kampus yang saya ikuti agar saya harus amanah terhadap apa yang seharusnya saya sampaikan.

Saya kesal, jengkel, ingin marah, saya tidak pernah dititipi surat dari senat fakultas yang dimaksud, secara logika pun, saya sudah jelas berbeda fakultas dan tidak kenal dengan senat fakultas yang mengirim surat untuk organisasi yang saya ikuti. Dugaan senior yang memperkuat itu adalah pada laporan ekspedisi surat, tertanda bahwa yang menerima surat itu dengan nama depan yang sama dengan nama saya. Peristiwa itu membuat saya bertanya mengapa hal itu harus menimpa saya, sehingga jadwal kuliah dan mentoring saya porak-poranda. Kejadian semacam itu sudah berjuta kali terjadi, tapi toh selalu saja saya naik pitam. Sehingga saya sendiri sering kewalahan dan kelelahan oleh sifat saya yang tidak fleksibel.

Belum lagi saya ini didukung dengan sifat buruk lainnya, yaitu melihat sesuatu, mendiskusikan sesuatu dengan menggunakan kacamata negatif. Jadi, sudahlah tidak fleksibel, negatif pula.

Maka, kalau kembali pada kejadian di atas, dengan kepribadian saya seperti itu saya akan panik setengah mati. Jadi, sebelum saya mati beneran, dan daripada saya diserang rasa panik, saya akan mengambil keputusan untuk menyerahkan anak kepada orangtuanya. Karena tidak fleksibel, maka acapkali keputusan yang saya buat hanya memiliki satu tujuan yaitu melindungi saya dari kekecewaan, dari kegagalan, dari porak-poranda hati saya. Intinya, saya cari aman sebelum kemarahan akan meledak lebih dahsyat dari sebelumnya.

Skenario 
Kalau menganbil contoh soal metode pembelajaran di atas, saya pun tahu bahwa saya tak memiliki kuasa untuk merayu para orangtua yang sudah jelas memiliki hak penuh atas pendidikan anaknya untuk bersabar dan mengerti kondisi psikologis anaknya. Saya tahu bahwa dunia luar tidak bisa saya kontrol, tetapi susah sekali rasanya untuk menerima keadaan itu.

Kekecewaan yang seringkali saya rasakan juga datang karena saya senang sekali berkhayal dan membuat skrip atas semua planning yang saya susun. Jika skrip tersebut tidak sesuai dengan yang terjadi saat itu, saya jengkelnya setengah mati. Misalnya, ketika saya berencana pergi bersama teman ke rumah robotika untuk belajar membuat robot. Maka sebelum peristiwa itu terjadi, saya sudah membayangkan dari awal perjalanan menuju kesana, akan begini, akan begitu, terlebih dahulu ini, itu, dan seterusnya. Akan tetapi, jika nanti dalam kenyataannya peristiwa yang berjalan tidak sesuai dengan skrip yang saya kehendaki, saya mulai naik pitam.

Anda pikir saya naik pitam ke teman saya? Salah besar. Saya kesal dengan diri sendiri, karena saya tahu bahwa saya tidak berkuasa menjadi sutradara kehidupan ini, apalagi kehidupan orang lain dan kehidupan yang akan datang. Saya selalu mengharap orang lain atau kejadian itu sesuai dengan skenario yang saya buat. Terkadang skenario saya tidak baik, buat saya nggak masalah, asal tereksekusi. Hidup saya selalu begitu.

Kalau ingin memiliki hubungan asmara, saya juga membuat skenario supaya pasangan dapat melakukan apa yang saya mau. Anehnya, semakin saya tahu bahwa a scripted love affair itu tidak benar, semakin saya berbuat kekeliruan itu. Saya tak bisa menerima kalau pasangan saya diam saja ketika saya mengirim pesan I miss you. Atau saya tidak bisa menerima kalau saya mengirim emoticon hug, saya tak menerima balasan apapun. Skrip saya gagal, saya merasa limbung dan tidak bernilai.

Beberapa hari lalu, saya bertanya pada diri sendiri mengapa hal itu terjadi. Mungkin faktor utamanya adalah saya tidak memiliki faith, keyakinan tentang apa yang saya jalani, tentang apa yang sudah saya terima, tentang apa yang saya cintai. Faith itu yang mendukung I set my partner free. I set myself free. Karena semakin saya genggam dan tak membiarkannya free, hal itu semakin menunjukkan kalau saya tidak memiliki keyakinan tentang apa yang saya jalani.

Begitu saya kehilangan faith, saya kehilangan segalanya. Kalau sudah merasa kehilangan dengan mudahnya saya protes pada Sang Khalik, padahal yang salah itu saya. Tanpa faith saya bisa jadi “buta”, tidak bisa melihat kalau saya yang salah, bukan orang lain. Tanpa faith, saya akan limbung, ngomel, protes, dan bukan malah memperjuangkan sebuah kehidupan dengan hati legowo.

Nurani saya berbisik. “Elo tahu kenapa hidup elo sungguh menyedihkan? Karena elo mau orang berubah untuk elo, tetapi elo  mau orang menerima kalau elo sendiri enggak mau berubah.”

Rabu, 02 Oktober 2013

Definisi dan Pendekatan Islamisasi Sains

a. Definisi dan Pendekatan Al Attas
Islamisasi adalah pembebasan manusia mulai dari magic, mitos, animisme, tradisi kebudayaan kebangsaan, dan dari penguasaan sekuler atas akal dan bahasanya. Ini bermakna ummat Islam adalah seorang individu yang memiliki akal dan bahasa yang bebas dari magic, mitos, animisme, tradisi kebangsaan dan kebudayaan serta sekulerisme.
Lebih lanjut, Al Attas menyifatkan islamisasi sebagai proses pembebasan atau memerdekakan, sebab ia melibatkan pembebasan roh manusia yang mempunyai pengaruh atas jasmaninya, dan proses ini menimbulkan keharmonisan dan kedamaian dalam dirinya sesuai dengan fitrahnya. Islamisasi juga membebaskan manusia dari sikap tunduk kepada keperluan jasmaninya yang condong menzhalimi dirinya sendiri, sebab sifat jasmaniyahnya lebih condong untuk lalai terhadap tabiatnya sehingga menjadi jahil tentang tujuan asalnya. Islamisasi bukanlah proses evolusi, tetapi satu proses pengembalian kepada fitrah.[5]
Islamisasi diawali dengan isalamisasi bahasa, dan ini dibuktikan di dalam Alqur’an ketika diturunkan kepada orang Arab. Bahasa, pemikiran dan rasionalitas terkait erat dan saling bergantung dalam membayangkan world view atau visi hakikat (reality) kepada manusia.

b. Definisi dan Pendekatan Ismail Raji Al Faruqi
Islamisasi ilmu menjadikan ilmu sebagai acuan, yaitu mendefinisikan kembali , menyusun ulang data, memikirkan kembali argument dan rasionalisasi, menilai kembali kesimpulan dan tafsiran, membentuk kembali tujuan dan melakukannya secara yang membolehkan disiplin itu memperkayakan visi dan perjuangan Islam. Sebagaimana Al Attas, Al Faruqi menekankan kepentingan mangacu dan membangun kembali disiplin sains sosial, sains kemanusiaan dan sain tabi’i dalam kerangka Islam dengan memadukan prinsip-prinsip Islam ke dalam tubuh ilmu tersebut.
Islamisasi dapat dicapai melalui integrasi ilmu baru ke dalam khasanah warisan Islam dengan membuang, menata, menganalisa, menafsir ulang dan menyesuaikannya menurut nilai dan pandangan Islam.
 Dari segi metodologi, Al Faruqi mengemukakan ide Islamisasi ilmu bersandarkan tauhid. Metodologi tradisional tidak mampu memikul tugas ini, karena beberapa kelemahan, yaitu : Pertama, ia menyempitkan konsep utama seperti fiqih, faqih, ijtihad dan mujtahid. Kedua, kaidah tradisional ini memisahkan wahyu dan akal, yang selanjutnya memisahkan pemikiran dan tindakan. Ketiga, kaidah ini membuka ruang untuk dualisme, sekuler dan agama.