Rabu, 02 Oktober 2013

Definisi dan Pendekatan Islamisasi Sains

a. Definisi dan Pendekatan Al Attas
Islamisasi adalah pembebasan manusia mulai dari magic, mitos, animisme, tradisi kebudayaan kebangsaan, dan dari penguasaan sekuler atas akal dan bahasanya. Ini bermakna ummat Islam adalah seorang individu yang memiliki akal dan bahasa yang bebas dari magic, mitos, animisme, tradisi kebangsaan dan kebudayaan serta sekulerisme.
Lebih lanjut, Al Attas menyifatkan islamisasi sebagai proses pembebasan atau memerdekakan, sebab ia melibatkan pembebasan roh manusia yang mempunyai pengaruh atas jasmaninya, dan proses ini menimbulkan keharmonisan dan kedamaian dalam dirinya sesuai dengan fitrahnya. Islamisasi juga membebaskan manusia dari sikap tunduk kepada keperluan jasmaninya yang condong menzhalimi dirinya sendiri, sebab sifat jasmaniyahnya lebih condong untuk lalai terhadap tabiatnya sehingga menjadi jahil tentang tujuan asalnya. Islamisasi bukanlah proses evolusi, tetapi satu proses pengembalian kepada fitrah.[5]
Islamisasi diawali dengan isalamisasi bahasa, dan ini dibuktikan di dalam Alqur’an ketika diturunkan kepada orang Arab. Bahasa, pemikiran dan rasionalitas terkait erat dan saling bergantung dalam membayangkan world view atau visi hakikat (reality) kepada manusia.

b. Definisi dan Pendekatan Ismail Raji Al Faruqi
Islamisasi ilmu menjadikan ilmu sebagai acuan, yaitu mendefinisikan kembali , menyusun ulang data, memikirkan kembali argument dan rasionalisasi, menilai kembali kesimpulan dan tafsiran, membentuk kembali tujuan dan melakukannya secara yang membolehkan disiplin itu memperkayakan visi dan perjuangan Islam. Sebagaimana Al Attas, Al Faruqi menekankan kepentingan mangacu dan membangun kembali disiplin sains sosial, sains kemanusiaan dan sain tabi’i dalam kerangka Islam dengan memadukan prinsip-prinsip Islam ke dalam tubuh ilmu tersebut.
Islamisasi dapat dicapai melalui integrasi ilmu baru ke dalam khasanah warisan Islam dengan membuang, menata, menganalisa, menafsir ulang dan menyesuaikannya menurut nilai dan pandangan Islam.
 Dari segi metodologi, Al Faruqi mengemukakan ide Islamisasi ilmu bersandarkan tauhid. Metodologi tradisional tidak mampu memikul tugas ini, karena beberapa kelemahan, yaitu : Pertama, ia menyempitkan konsep utama seperti fiqih, faqih, ijtihad dan mujtahid. Kedua, kaidah tradisional ini memisahkan wahyu dan akal, yang selanjutnya memisahkan pemikiran dan tindakan. Ketiga, kaidah ini membuka ruang untuk dualisme, sekuler dan agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar