a. Definisi dan Pendekatan Al
Attas
Islamisasi adalah pembebasan
manusia mulai dari magic, mitos, animisme, tradisi kebudayaan kebangsaan, dan
dari penguasaan sekuler atas akal dan bahasanya. Ini bermakna ummat Islam
adalah seorang individu yang memiliki akal dan bahasa yang bebas dari magic,
mitos, animisme, tradisi kebangsaan dan kebudayaan serta sekulerisme.
Lebih lanjut, Al Attas
menyifatkan islamisasi sebagai proses pembebasan atau memerdekakan, sebab ia
melibatkan pembebasan roh manusia yang mempunyai pengaruh atas jasmaninya, dan
proses ini menimbulkan keharmonisan dan kedamaian dalam dirinya sesuai dengan
fitrahnya. Islamisasi juga membebaskan manusia dari sikap tunduk kepada
keperluan jasmaninya yang condong menzhalimi dirinya sendiri, sebab sifat
jasmaniyahnya lebih condong untuk lalai terhadap tabiatnya sehingga menjadi
jahil tentang tujuan asalnya. Islamisasi bukanlah proses evolusi, tetapi satu
proses pengembalian kepada fitrah.[5]
Islamisasi diawali dengan
isalamisasi bahasa, dan ini dibuktikan di dalam Alqur’an ketika diturunkan
kepada orang Arab. Bahasa, pemikiran dan rasionalitas terkait erat dan saling
bergantung dalam membayangkan world view atau visi hakikat (reality) kepada
manusia.
b. Definisi dan Pendekatan Ismail
Raji Al Faruqi
Islamisasi ilmu menjadikan ilmu sebagai acuan, yaitu mendefinisikan kembali , menyusun ulang
data, memikirkan kembali argument dan rasionalisasi, menilai kembali kesimpulan
dan tafsiran, membentuk kembali tujuan dan melakukannya secara yang membolehkan
disiplin itu memperkayakan visi dan perjuangan Islam. Sebagaimana Al Attas, Al
Faruqi menekankan kepentingan mangacu dan membangun kembali disiplin sains
sosial, sains kemanusiaan dan sain tabi’i dalam kerangka Islam dengan memadukan
prinsip-prinsip Islam ke dalam tubuh ilmu tersebut.
Islamisasi dapat dicapai melalui
integrasi ilmu baru ke dalam khasanah warisan Islam dengan membuang, menata,
menganalisa, menafsir ulang dan menyesuaikannya menurut nilai dan pandangan
Islam.
Dari segi metodologi, Al Faruqi
mengemukakan ide Islamisasi ilmu bersandarkan tauhid. Metodologi tradisional
tidak mampu memikul tugas ini, karena beberapa kelemahan, yaitu : Pertama, ia
menyempitkan konsep utama seperti fiqih, faqih, ijtihad dan mujtahid. Kedua,
kaidah tradisional ini memisahkan wahyu dan akal, yang selanjutnya memisahkan
pemikiran dan tindakan. Ketiga, kaidah ini membuka ruang untuk dualisme,
sekuler dan agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar