Untuk merealisir tujuan-tujuan
tersebut, menurut Al Faruqi terdapat beberapa langkah menurut urutan logis yang
menentukan perioritas masing-masing langkah tersebut. Adapun langkah-langkah
yang diperlukan untuk mencapai proses islamisasi pengetahuan (sains),
sebagaimana yang dikemukakan oleh ilmuan Mesir kelahiran Palestina Ismail Raji
Al Faruqi adalah sebagai berikut :[7]
Langkah Pertama : Penguasaan Disiplin Ilmu Modern; Penguraian
Kategoris.
Disiplin ilmu dalam tingkat
kemajuannya sekarang di Barat harus dipecah-pecah menjadi kategori-kategori,
prinsip-prinsip, metodologi-metodologi, problem-problem dan tema-tema.
Penguraian tersebut harus mencerminkan daftar isi sebuah buku pelajaran dalam
bidang metodologi disiplin ilmu yang bersangkutan, atau silabus kuliah disiplin
ilmu tersebut seperti yang harus dikuasai oleh mahasiswa tingkat sarjana.
Pengraian tersebut tidaklah berbentk bab dan tidak pula ditulis dalam istilah
teknis.
Langkah Kedua : Survei Disiplin Ilmu
Setiap disiplin ilmu harus
disurvei dan esei-esei harus ditulis dalam bentuk bagan mengenai asal-usul
perkembangannya beserta pertumbuhan metodologinya, perluasan cakrawala wawasannya,
dan tak lupa sumbangan-sumbangan pemikiran yang diberikan oleh para tokoh
utamanya. Bibliografi , dengan keterangan singkat, karya-karya terpenting di
bidang itu harus dicantumkan sebagai penutup dari masing-masing disiplin ilmu.
Langkah ini bertujuan untuk
memantapkan pemahaman seorang muslim akan disiplin ilmu yang dikembangkan di
dunia barat. Survei disiplin ilmu yang
cukup berbobot dan dilengkapi dengan catatan pustaka dan catatan kaki akan
merupakan dasar pengertian bersama bagi para ahli yang akan melakukan
islamisasi disiplin ilmu tersebut.
Langkah Ketiga : Penguasaan Khasanah Islam, Sebuah antologi
Sebelum menyelami seluk-beluk
relevansi Islam bagi suatu disiplin ilmu modern, perlu ditemukan sampai berapa
jauh khasanah ilmiah Islam menyentuh dan membahas obyek disiplin ilmu tersebut.
Warisan ilmiah para ilmuan Islam nenek moyang kita, ini perlu untuk dipakai
sebagai titik awal usaha untuk mengislamisasikan ilmu-ilmu modern. Proses
islamisasi ilmu-ilmu modern akan menjadi miskin jika kita tidak menghiraukan
khasanah dan memanfaatkan pandangan-pandangan tajam para pendahulu kita
tersebut. Meskipun demikian, kontribusi khasanah ilmiah Islam tradisional pada
suatu disiplin ilmu modern tidak mudah diperoleh, dibaca, dipahami oleh seorang
ilmuan muslim dewasa ini, karena ilmuan muslim masa kini tidak dipersiapkan
untuk menelusuri sumbangan-sumbangan khasanah Islam pada disiplin ilmu yang
ditekuninya. Langkah ini meliputi :
persiapan penerbitan beberapa jilid antologi bacaan-bacaan pilihan dari
khasanah ilmiah Islam untuk setiap disiplin ilmu modern. Antologi-antologi ini
akan memberi kemudahan bagi para ilmuan muslim modern untuk mengetahui
sumbangan khasanah ilmiah Islam di bidang keilmuan yang menjadi spesialisasi
mereka. Antologi ini akan disusun menurut topik sesuai urutan yang dikenal dan
berisi sumbungan terbaik dari khasanah ilmiah Islam yang menyangkut sejumlah
persoalan yang merupakan objek disiplin ilmu modern
Langkah Keempat : Penguasan KhasanahIlmiah Islam Tahap Analisa
Analisa sumbangan khasanah ilmiah
Islam tidak bias dilakukan sembarangan. Daftar urut prioritas perlu dibuat, dan
para ilmuan muslim dihimbau untuk mengikutinya. Prinsip-prinsip pokok,
masalah-masalah pokok dan tema-tema abadi yaitu tajuk-tajuk yang mempunyai
kemungkinan relevansi kepada permasalahan masa kini harus menjadi sasaran
strategi penelitian dan pendidikan Islam.
Langkah Kelima : Penetuan Relevansi Islam yang Khas Terhadap
Disiplin Ilmu
Keempat langkah di atas harus
member informasi kepada mereka dengan otoritas dan kejelasan sebesar mungkin
mengenai sumbangan khasanah Islam dalam bidang-bidang yang dipelajari, dan pada
tujuan-tujuan umum disiplin ilmu modern. Bahan-bahan ini akan dibuat lebih
spesifik dengan cara menerjemahkannya ke prinsip-prinsip yang setara dengan
disiplin ilmu modern dalam tingkat keumuman, teori, referensi, dan aplikasinya.
Dalam hal ini hakekat disiplin ilmu modern beserta metode-metode dasar,
prinsip, problema, tujuan dan harapan, hasil-hasil capaian dan
keterbatasan-keterbatasannya. Semuanya harus dikaitkan kepada khasanah Islam.
Begitu pula relevansi-relevansi khasanah Islam yang spesifik pada
masing-masing ilmu harus diturunkan
secara logis dari sumbangan umum mereka. Tiga persoalan pokok yang harus diajukan
dan jawabannya harus diusahakan adalah : Pertama : “Apakah yang telah
disumbangkan oleh Islam mulai dari Alqur’an hingga para modernis masa kini,
kepada keseluruhan permasalahan yang dilingkup oleh disiplin-disiplin
ilmumodern” ? Kedua : “Bagaimanakah besar sumbangan itu jika dibandingkan
dengan hasil-hasil yang dicapai oleh ilmu-ilmu Barat tersebut”? atau “Sampai
dimanakah tingkat pemenuhan, kekurangan serta kelebihan khasanah Islam itu
dibandingkan wawasan dan lingkup disiplin ilmu Barat modern tersebut” ? dan
yang ketiga : “Apabila ada bidang-bidang masalah yang sedikit disentuh atau
bahkan di luar jangkauan khasanah Islam, merumuskan kembali permasalahannya dan
memperluas cakrawala wawasan disiplin ilmu tersebut “?
Langkah Keenam : Penilaian Kritis Terhadap Disiplin Ilmu Modern,
Tingkat Perkembangannya di Masa Kini
Ini adalah suatu langkah utama
dalam proses islamisasi sains. Semua langkah sebelumnya merupakan langkah
pendahuluan sebagai suatu persiapan. Sudahkah disiplin ilmu tersebut memenuhi
harapan manusia dalam tujuan umum hidupnya? Sudahkah disiplin ilmu tersebut
dapat menyumbang pemahaman dan perkembangan pola penciptaan ilahiah yang harus
diwujudkannya ? jawaban pertanyaan ini harus terkumpul dalam laporan sebenarnya
mengenai tingkat perkembangan disiplin ilmu modern dilihat dari sudut pandang
Islam. Dan harus dapat memberikan kecerahan di beberapa bidang permasalahan
yang memerlukan perbaikan, penambahan, perubahan atau penghapusan Islami.
Langkah Ketujuh : Penilaian Kritis Terhadap Khasanah Islam, Tingkat
Perkembangannya Dewasa ini
Yang dimaksud dengan khasanah
Islam pertama-tama adalah Qur’an sebagai kitab suci, firman-firman Allah Swt,
dan sunnah Rasulullah Saw, ini bukan sasaran kritik atau penilaian. Status
ilahiah dari Al Qur’an dan sifat normatif dari sunnah adalah sesuatu yang tidak
untuk dipertanyakan. Walaupun begitu pemahaman seorang muslim mengenai kedua
hal tersebut boleh dipertanyakan. Bahkan selalu harus dinilai dan dikritik
berdasarkan prinsip-prinsip yang bersumber pada kedua sumber pokok Islam yang
disebut terdahulu, begitu pula segala sesuatu yang berupa karya manusia yang
walaupun berdasarkan kedua sumber utama tersebut tetapi melalui usaha
intelektual manusia. Relevansi pemahaman manusia tentang wahyu ilahi di
berbagai bidang permaslahan ummat dewasa ini harus dikritik dari tga sudut
peninjauan : pertama.
Langkah Kedelapan : Survey Permasalahan yang Dihadapi Ummat Islam.
Secara bersamaan, perhatian kita
harus diarahkan terhadap masalah-masalah utama di semua bidang, yang meliputi :
masalah politik, sosial, ekonomi, intelektual, budaya, moral dan spiritual yang
dihadapi ummat Islam.
Langkah Kesembilan : Survey Permasalahan yang Dihadapi Ummat
Manusia.
Selain melakukan survey terhadap
permasalah-permasalahan yang dihadapi ummat Islam, para pemikir Islam juga
dipanggil untuk menghadapi maslah-masalah yang dihadapi dunia dewasa ini dan
untuk membuat penyelesaian masalah tersebut sesuai dengan Islam. Ummat Islam
yang memiliki wawasan yang diperlukan untuk kemajuan peradaban manusia sesuai
dengan yang dikehendaki Allah Swt, karena manusia diciptakan sebagai khalifah
atau wakil Allah Swt di muka bumi.
Sesuai dengan firman Allah Swt :
وَإِذْ
قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي
جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً
“Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi“. [8]
Langkah Kesepuluh : Analisa Kreatif dan Sintesa
Setalah memahami dan menguasai
ilmu modern dan ilmu-ilmu Islam tradisional, menimbang kekuatan dan kelemahan
masing-masing, setelah menentukan relevansi Islam bagi pemikiran ilmiah
tertentu pada disiplin ilmu modern, setelah mengidentifikasi dan memahami
permasalahan yang dihadapi ummat Islam dalam lintas sejarahnya khalifah Allah
di muka bumi, memahami permasalahan yang dihadapi ummat manusia dan sebagainya.
Sebuah jalan baru harus ditempuh agar dapat membuat kembali kepemimpinannya di
dunia dan untuk melanjutkan peranannya sebagai penyelamat dan pengangkat
peradaban manusia. Sintesa kreatif harus dicetuskan di antara ilmu-ilmu Islam
tradisional dan disiplin ilmu modern untuk dapat mendobrak kemandegan selama
beberapa abad terakhir ini. Sintesa kreatif ini harus dapat menjaga relevansi
dengan realitas ummat Islam dengan memperhatikan permasalahan yang telah
dikenali sebelumnya. Sintesa tersebut harus memberikan penyelesaian tuntas bagi
permaslahan dunia, di samping memerhatikan permaslahan yang selalu muncul di
hadapan Islam.
Langkah Kesebelas : Penuangan Kembali Disiplin Ilmu Modern ke Dalam
Kerangka Islam : Buku-Buka Dars Tingkat Universitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar