Hmm,
apasih malapraktik itu? Kok, mendadak tersohor beberapa pekan ini (ntahlah
mungkin diksi aku yang masih dangkal aja ya, makanya aneh dengernya :P).
Seperti yang dikutip dari artikata.com, malapraktik
adalah praktik kedokteran yg salah, tidak tepat, menyalahi undang-undang atau
kode etik, sedangkan menurut Wikipedia, malapraktik
adalah suatu jenis kelalaian dalam standar profesional yang berlaku umum, dan
pelanggaran atas tugas yang menyebabkan seseorang menderita kerugian. Hal ini
dilakukan oleh seorang profesional ataupun bawahannya, agen atas nama klien
atau pasien yang menyebabkan kerugian bagi klien atau pasien. (nah, seperti
itulah maknanya). Yups, mendengar kabut-kabut dalam dunia kedokteran
akhir-akhir ini, saya jadi geram dan tertarik menuangkannya.
Ups, tak diduga,
inspirasi datang waktu lagi di angkot (apa?? :O) kebetulan aku baru pulang dari
acara ma temen yang kebetulan tempatnya tuh gak jauh dari sebuah kampus. yeahh!
Sebenernya sih nggak mau banget dan hal yang super ngebetein kalo lagi di
angkot tu ada orang yang ngobrol (ntah itu curhat atau apalah) ya soalnya
menurutku sih nggak tepat tempatnya, yah namanya juga angkutan umum, semua
orang yang gak mau tau ehh jadi tau apa-apa aja yang jadi unek-unek sang
pembawa khabar. (hmm begitulah Indonesia, dimana setiap orang berhak
menyampaikan pendapatnya dimanapun dan kapanpun -_-).
Yeahhh..
terpaksa, mau gamau telinga gue akhirnya nangkep pembicaraan ibu-ibu yang baru
beres kuliah di kampus itu (sensor).
A :”Eh, hari ini, ini ya? Para Dokter
mogok kerja.”
B :”Iya tuh. Nggak banget. Hmm..., gitulah,
biasa, arogansi”. Sahutnya sinis.
C :”Oh, arogansi”. Timpalnya dengan muka
polos (kayaknya sih ketinggalan info, haha)
A :”Iya, arogansi tuh Bu. Kenapa sih
mereka, sudah jelas salah, eh malah yang lain sok-sok ngebelain. Kompakan lagi.”
B :”Iya, gini nih salah satu
pembelaannya. Ya, wajarlah ya, kita dokter tuh Cuma bisa berusaha, disamping
itu ada takdir Tuhan. Kami juga manusia biasa, bukan penentu.”
A :”Iya Bu, bener banget. Ishh..., lagian
siapa juga yang bilang dokter itu pinter segalanya dan siapa juga yang bilang
kalo Dokter itu Tuhan yang bisa menentukan.”
C : Bengong mulu (kayaknya sih males
nimbrung, atau nggak udah capek, jadi males ngomong.
B :”Berlebihan itu mereka Bu. Padahal,
udah banyak kejadian kayak gitu, Cuma ya orang-orang males aja mungkin buat
publishnya. Orang-orang aja yang pilih nyari aman, kayak ini loh Bu. Sahabat
aku. Dia divonis kanker udah stadium 4. Aku marahin dia, kusuruh sharing
opinion. Barulah kunjungan ketiga orang dokter, dan apa coba, dia emang sih ada
kemungkinan kanker, tapi itu baru TB kronis dan masih bisa ditangani, parahkan
kalo sampe di(apa ya istilahnya aku lupa lagi, pokoknya itu dilakukan pra
operasi). Pernah juga, ininih. Masih deket juga sama aku. Anak tetangga, salah
vonis kan dianya, tiba-tiba diambil kelenjar getah beningnya, padahal
sebenernya itu masih bisa diatasi dengan yang lebih ringan. Alhasil, setelah
kejadian itu malah virusnya lebih cepat nyebar, secara Bu, fatal banget kalo
udah kena ke kelenjar getah beningnya, yakan? Dan gak lama lagi tuh, meninggal.
Minta deh keluarganya denda 10M ke dokter itu.”
A :”Temen suami saya juga Bu. Pernah
ngalamin kayak gitu (entah apa nggak dijelasin). Memang Dokter sekarang kurang
profesional.”
B :”Adek ipar saya juga tuh dokter. Tapi
saya nggak percaya ma dia. Masa, dokter tapi setahun sampe masik rumah sakit 3
kali. Katanya dokter, makanya kalo orang rumah sakit nggak kesana tuh, suami
saya aja sampe nggak percaya lagi ma dia. Cuma dipake kalo ngatasin luka-luka
ringan aja, yang gituan tuh percaya kita, pasti bisa dianya. Hehehe.”
A :”Ya, gitulah Bu. Zaman sekarang, kita
juga nggak tau kan gimana mereka waktu jadi mahasiswanya. Nggak semua anak
dokter itu bisa menjiwai kedokterannya. Udahlah pake uang aja semua juga bisa.
B :”Bener, Bu. Pake uang aja udah
selesailah semua urusan. Adek ipar saya tuh, kan emang dia nggak mau masuk
kedokteran. Karena ayahnya pimpinan rumah sakit, dan saudaranya tuh banyak yang
dokter, dipaksalah jadi dokter. Padahal dia tuh udah keterima loh di teknik
mesin (kampus sensor) tapi nggak diambil. Tengah-tengah kuliahpun dia dah nggak
kuat tuh Bu, tapi masih aja diterusin.”
A :”Iya, bu. Makanya saya juga nggak
pernah tuh maksain anak. Kamu harus
juara, nilai kamu harus sekian, nggak gitu Bu. Tapi kubilang adalah harapan dia
kalo jadi presiden. Hahaha. Bapaknya Jawa dia, adalah nama jawa
dibelakangnya anakku itu”
B :”Hahahaha. Kalo anak saya udah
diwanti-wanti, malah kalo ditanya cita-citamu jadi apa, Nak? Jawabnya presiden
dia. Sudahlah kamu nggak akan bisa jadi presiden, namamu nggak jauh dari bahasa
Manado. Nggak ada jawanya kubilang.” Ketawanya makin tergelak.
Gue : (Dalem hati, emang kalo mau jadi presiden
kudu ada nama Jawanya gitu, aturan darimana? Trus kalo yang jadi presiden ntar
ternyata orang yang gakpunya nama jawa, harus ganti dulu gitu, atauuuuu harus
bilang WOW karna pemecah rekor, wkwk. heran deh, tapi dipikir, baru ngeuh juga, iya ya yang jadi presiden
selama ini tuh orang-orang jawa, hihihi)
Hmmm...menghela
nafas aja. Ibu-ibu ini kok ya kalo lihat berita tu Cuma sepotong, gumamku.
Dikutip dari TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Praktisi hukum, yang juga Sekretaris
Jendral Perindo, Ricky Margono menilai terdapat kelemahan dalam Undang-undang
Praktik Kedokteran No 29 Tahun 2004. Kelemahan berupa tidak adanya penjelasan
pasti soal malapraktik.
Kepada
Tribunnews.com, Rikcy mengatakan, akibatnya muncul ketidakpastian hukum bagi
pasien yang diduga mengalami malapraktek, maupun dokter yang merawatnya.
"Tidak
ada secara spesifik mengatakan malapraktik itu apa? Yang ada-pun pelanggaran
secara administratif, contohnya masalah izin praktik saja," ujarnya, Rabu
(27/11/2013).
Terkait
dengan kasus dugaan malapraktik yang dilakukan oleh tiga orang dokter di
Manado, yang akhirnya memicu aksi demonstrasi oleh kalangan profesi dokter, ia
menilai kasus itu harus ditilik seksama apakah ada pelanggaran Standar
Operasional Prosudur (SOP), yang dilakukan ketiga dokter itu atau tidak.
"Hanya
saja masalahnya siapa yg tahu bahwa SOP itu sudah dilaksanakan dengan benar.
Contoh misalnya dikatakan bahwa telah ada gumpalan darah hitam. Apa hal
tersebut telah disampaikan kepada keluarga atau belum. Karena dokter juga
memiliki kewajiban untuk memberikan informasi secara terbuka dan menyeluruh
kepada pasien," ujarnya.
"Begitu
juga dengan SOP, jangan hanya dibuat dan diketahui oleh kalangan dokter saja.
Tetapi juga harus dibuat regulasi bakunya sebagai turunan dari regulasi
induknya. Dengan demikian maka akan tercapai suatu kepastian hukum baik bagi
dokter maupun para pasien,"
Kemudian,
di sebuah stasiun tvpun yang kemarin petang saya tonton, dijelaskan langsung
oleh Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH mengenai aksi mogoknya
para Dokter. Menteri kesehatan menyampaikan, bahwa beliaupun turut prihatin
atas penahanan dr Ay* dan dr Hen*** tetapi beliau menegaskan bahwa silakan
menunjukkan solidaritas, tapi tetap juga perhatikan pelayanan pasien yang ada
di rumah sakit, jangan diabaikan. Begitu ujarnya. Dan semalam saya simak
berita, beberapa daerah di Indonesia ini, rumah sakitnya masih tetap beroperasi
seperti biasa, pelayanan masyarakat masih tetap berjalan, ya hanya beberapa
dokter memang tidak masuk. Tapi kan nih intinya. Tidak ada pasien lagi yang
diabaikan meski tak ada dokter, masih ada perawat/ suster yang melayani.
Yeahhh...,
enough! Ambil sisi positif dari hari ini. Jadiin cambuk buat saya pribadi, juga
mungkin untuk semua temen mahasiswa. Perhatikan dan siapkan pertanggungjawaban
atas apa yang sudah kita pilih. Mulailah mencintai jurusan yang dipilih.
Belajarlah meyakini diri sendiri, jika hatimu berkata tidak, jangan dipaksakan.
Raihlah apa yang benar-benar kamu sukai. Yakinkan suatu saat ilmu yang kita
serap akan sangat bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar